Monday, May 20, 2024

??? ????? ?? ???? ?????????? ????? ?????? ???????? ???? “???????” ??????? ????????? ?????? ?????

??????????: ??????? ????? ??????? ???? ??????

ACTUALNEWS.ID, Jakarta – Istilahlah “Grit” dipopulerkan oleh Pakar Psikologi Amerika Angela Lee Druckworth. Menurutnya kegigihan adalah ketekunan dan gairah untuk mencapai suatu tujuan jangka panjang. Orang yang memiliki grit tinggi akan mampu bertahan untuk menuntaskan tugas atau tujuannya yang belum tercapai meskipun menghadapi kesulitan.

Mereka mampu bangkit kembali saat mengalami kegagalan atau kekecewaan. Mereka pun mampu bertahan meskipun kemajuannya terasa lambat, membosankan, dan penuh tantangan.

Grit ini juga telah menyatu dan melekat di dalam sosok Justice Citra Rovista Sari Waruwu. Sosok gadis desa yang ramah, berkarakter dan cerdas. Lahir dari keluarga yang sederhana di Desa Lasarabahili, Kec. Moro’o, Kab. Nias Barat, Prov. Sumatera Utara.

Sewaktu masih kecil ia bercita-cita menjadi seorang guru. Karena baginya sosok guru bisa mencerdaskan orang lain atau menjadi sumber ilmu.

Ia tergolong anak berprestasi menurut teman-temannya. Mengapa tidak, mulai dari SD, SMP hingga SMA juara menjadi langganannya setiap penerimaan raport. Hal itu membuat orang tua, teman-teman hingga masyarakat di kampungnya merasa bangga hingga diberikan motivasi untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi.

Baginya prestasi tidak hanya sekedar kebanggaan namun tanggung jawab moral untuk terus dipertahankan dan ditingkatkan lagi.

Setelah tamat dari SMA pun, cita-cita untuk melanjutkan ke perguruan tinggi menjadi yang utama dan prioritas. Namun, semangat untuk melanjutkan hampir pupus dikarenakan keadaan ekonomi keluarga tergolong lemah. Saya tak putus asa begitu saja. Selalu optimis. Never give up.

Saya pun berusaha mencari informasi beasiswa melalui internet dan kakak kelas yang lebih dulu melanjutkan kuliah. Saya mendapat informasi terkait informasi beasiswa. Segala berkas yang dibutuhkan saya persiapkan secara baik, termasuk mental dan fisik untuk mengikuti ujian seleksi.

Atas dukungan doa dan orang tua saya berangkat ke Medan mengikuti seleksi di Universitas Santo Thomas, namun hasilnya tidak berhasil. Saya pun tak patah semangat dan tidak menyia-nyiakan kesempatan dan mengecewakan orang tua. Kesempatan kedua saya mencoba di Universitas Parahyangan Bandung yang seleksinya diadakan di Nias pada saat itu. Seleksi tahap pertama saya dinyatakan lulus. Saya berhak mengikuti seleksi tahap kedua, sesi wawancara dan psikotes. Bagi saya bila diterima sebagai mahasiswa di Unpar merupakan hal yang membanggakan karena salah satu kampus swasta terbaik di Indonesia.

Namun, pada tahun 2018 saya mengikuti Pemilihan Putri Pariwisata Provinsi Sumatera Utara yang diutus langsung oleh Pemerintah Daerah Nias Barat melalui Disbudpar Nias Barat. Padahal, saat yang bersamaan saya harus mengikuti seleksi tahap kedua di Unpar. Sungguh sangat dilematis untuk memilih antara mewakili daerah saya Nias Barat ke ajang Pemilihan Putri Pariwisata Provinsi Sumatera Utara atau mengikuti seleksi tahap kedua di Unpar. Sungguh pilihan yang berat dan sangat sulit.

Saya bergumul dalam doa memohon petunjuk dari Tuhan dan meminta pertimbangan dari orang-orang terdekat. Akhirnya, saya memutuskan mengikuti Pemilihan Putri Pariwisata Provinsi Sumatera. Saya memahami dan sadar betul bahwa setiap keputusan pasti mengandung konsekuensi dan dampak tertentu.

Tahapan demi tahapan saya lalui dan kerjakan dengan sepenuh hati atau all out. Mulai dari audisi, karantina hingga pada acara puncak grand final. Pemilihan Puteri Pariwisata ini merupakan pengalaman baru bagi saya, banyak hal-hal baru yang menjadi pembelajaran seperti memahami karakter orang baru yang berbeda latar belakang budaya, suku, pendidikan dan latar belakang sosial yang beragam. Jujur sangat berat beradaptasi karena saya berasal dari pelosok yang jauh dari kota. Pengalaman itu sangat berkesan bagaikan disiram air es.

Namun, di dalam jiwa dan raga semangat menggebu-gebu dan membara, terus berkobar untuk memberikan yang terbaik walaupun saya anak dari pelosok kampung. Hari-hari saya di kampung sangat sederhana tiap pagi hanya melihat pemandangan pohon karet dan sarapan pisang bakar ditemani ulekan garam dan cabe, paling mewah ikan asin yang tersaji di piring yang sangat sederhana.

Atas keputusan saya itu, sebagian teman -teman beranggapan bahwa saya telah mengambil keputusan yang kurang tepat dan bijaksana. Sikap dari teman-teman itu tidak menghalangi saya untuk terus bertumbuh, berkembang dan berprestasi. Saya jadikan anggapan tersebut sebagai daya dobrak, pelucet semangat dan batu asah untuk terus memperbesar kapasitas diri.

Alhasil. Puji Tuhan. Walaupun saya tidak masuk pada babak grand final pada event Pemilihan Puteri Pariwisata Provinsi Sumatera, namun saya bisa masuk ke sepuluh besar atau Top 10.

ACN/RED

Related Articles

Stay Connected

0FansLike
0FollowersFollow
0SubscribersSubscribe

Latest Articles