ACTUALNEWS.ID, Jakarta – PDKI 2.0 Exclusive Webinar dengan tema “Urgensi Pemindahan IKN ke Kalimantan dan Komparasinya terhadap Kazakhstan”, pada hari Selasa, 8 Maret 2022 pukul 11.00 WIB – Selesai.
Diawali dari penyampaian inisiator sekaligus Founder PDKI Agung Pratama bahwa tujuan awal dari diselenggarakannya acara kali ini adalah untuk memberikan pelatihan, mentoring, dan juga pemahaman kepada para mahasiswa khususnya yang berasal dari desa untuk bisa bersaing dengan SDM-SDM unggul di luar sana. Hal ini muncul lantaran keprihatinan melihat kondisi kota Tuban dimana menjadi salah satu pusat industri akan tetapi tingkat kemiskinan masih sangat tinggi dengan tingkat pendidikan yang rendah. Pada mulanya acara ini hanya berfokus ke sektor pendidikan akan tetapi seiring dengan antusiasme para mahasiswa desa sehingga mulai bergeser membahas ke isu-isu terkini yang sedang hangat diperbincangkan, salah satunya adalah isu mengenai pemindahan Ibu Kota Negara ke Pulau Kalimantan. Isu ini menjadi suatu isu serius untuk dipahami oleh para mahasiswa mengingat ini merupakan proyek besar dengan tujuan untuk pemerataan ekonomi yang Indonesia Sentris. Salah satu contoh ideal yang bisa digunakan adalah kazakhstan yang melakukan pemindahan Ibu Kota dari Almaty ke Nur-Sulthan. Pemerintah bersama dengan DPR sudah mengesahkan UU IKN No. 3 Tahun 2022, artinya ini merupakan tanggung jawab bersama untuk mengawal proses pembangunan IKN agar sesuai dengan apa yang diharapkan yaitu pemerataan ekonomi Indonesia sentris dan juga sebagai etalase Indonesia maju nantinya.
Presentasi pertama disampaikan oleh Dr. Mochamad Fadjroel Rachman, Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Republik Kazakhstan merangkap Republik Tajikistan. Putra Kalimantan tersebut menjelaskan bahwa hanya butuh waktu 3 tahun setelah merdeka (Kazakhstan merdeka dari Uni Soviet tahun 1991) bagi Republik Kazakhstan untuk memutuskan pindah ibu kota negara dari Almaty ke Nur-Sultan melalui dekrit presiden. Kemudian pindah secara fisik ke Nur-Sultan (Astana) tahun 1997-1998.
Kami juga diminta oleh Presiden Joko Widodo untuk menjadikan momen pemindahan Ibu Kota Nusantara sebagai aktivitas diplomasi global, seperti diplomasi ekonomi, investasi, serta ilmu pengetahuan dan teknologi.

Ketika pembangunan ibu kota sudah dimulai, kemudian aktivitas ekonomi, sosial, budaya bertumbuh, maka segera aktivitas tersebut akan menjadi “magnet” dan multiplier effect mendorong pembangunan di sekitarnya, Indonesia Tengah dan Timur, juga Barat. Itu yang terjadi di Nur-Sultan. Awalnya tanah kosong, kini sudah menjadi kota sangat maju, sebuah kota internasional yang mendapat penghargaan dari UNESCO, mendorong pembangunan di sekitarnya. Selain menjadi simbiosis sejarah dan masa depan Kazakhstan.
Pembicara berikutnya adalah Denny Irawan, Ph.D. seorang dosen tetap di Departemen Ilmu Ekonomi FEB UI, peneliti ci centre for Applied Macroeconomic Analysis (CAMA) The Australian National University, sekaligus sebagai Lead Advisor di Bappenas. Beliau meparkan dari aspek ekonomi mengenai urgensi pemindahan Ibu Kota dari Jakarta ke Pulau Kalimantan. Dalam pemaparannya beliau menjelaskan juga soal komparasi negara-negara lain yang juga turut memindahkan ibu kotanya seperti Australia dari Melbourne ke Canberra yang disebabkan oleh debat panjang pemilihan antara Sydney atau Melbourne sebagai Ibu Kota negara Australia. Negara Brazil juga dijadikan sebagai bahan pembelajaran mengenai pemindahan Ibu Kotanya dari Rio De Janerio ke Brazilia dengan alasan untuk mengintegrasikan dan menciptakan pusat pertumbuhan ekonomi dan politik di tengah wilayah negara. Pak Denny juga berbicara mengenai sejarah panjang wacana pemindahan IKN dari zaman Soekarno hingga terlaksana di zaman Jokowi.
Perihal urgensi, beliau mengatakan bahwa konsentrasi penduduk dan pusat perekonomian yang hanya terpusat di Jawa dan Sumatera serta permasalahan di dalamnya meliputi krisis air bersih, konversi lahan besar-besaran, penurunan daya dukung lingkungan jakarta, hingga ancaman berbagai bencana alam terutama banjir. Beliau juga memaparkan 8 prinsip IKN yang harus dilaksanakan, dan 3 KPI khusus yang mendorong IKN menjadi kota kelas dunia. Sebagai penekanan beliau menyampaikan bahwasanya nantinya IKN tidak hanya dijadikan sebagai pusat pemerintahan, akan tetapi juga pusat inovasi litbang, riset dan teknologi, industri pertanian berkelanjutan, energi terbarukan, serta industri farmasi dan kimia.
Akhir dari pemaparan beliau mengungkapkan bahwasanya penting untuk meningkatkan kualitas penduduk lokal di IKN agar tidak tergerus akan adanya pendatang. Belajar dari Australia, bahwasanya Canberra merupakan wilayah dengan tingkat gelar Ph.D terbanyak di Australia, sehingga ini diharapkan untuk menghindari adanya konflik sosial dan dukungan terhadap kemajuan penduduk lokal agar tidak menciptakan the pyramid of sacrifice.
Agung Pratama
Founder PDKI
CP +62 895-3633-02345
ACN/RED