ACTUALNEWS.ID, Jakarta – Kalau bicara sebutan Pulau Jelambar tidak terlepas saat ini dari salah satu tokoh pemerintahan kota di jakarta barat, yakni Kepala seksie Pemerintahan Kelurahan Wijayakusuma, kecatamatan Grogol Petamburan, jakarta barat sebut saja Saimun, dia menceritakan sekitar wilayah yang dulu disebut pulau jelambar.
Sebelumnya, sebutan Pulau jelambar yang sekarang menjadi Kelurahan Wijayakusuma, Jelambar dan Jelambar Baru ditetapkan sekitar bulan november tahun 1986 semenjak Gubernurnya Suryadi Soedirja.
Wilayah P Jelambar mempunyai luas sekitar 450 He dengan perkembangan populitas masyarakat yang begitu cepat maka P Jelambar dibagi 3 Kelurahan.
“Seiring tingginya populitas dan kebutuhan hidup masyarakat maka diperlukannya pemekeran wilayah,” ujar Saimun, Rabu, 19/1/2022 di ruangannya.
Lebih luas lagi Ia menceritakan, dulu wilayah P Jelambar hampir semua daratanya bekas persawahan, jadi bentuk permukaan tanahnya seperti mangkok/cekung, dan bila air rob datang pasti banjir dan lama surut.
“Permukaan tanah seperti mangkok/cekung jadi genangan air lama surutnya,” ungkapnya.
Masihnya, sebelumnya P Jelambar sempat terkenal dengan sebutan “Tempat Jin buang anak”, entah dari mana istilah itu timbul, Saimun tidak memberikan keterangan secara rinci. Yang dia tau, karena lokasinya waktu itu masih sepi dan areal persawahan serta jarang penghuni, sehingga orang takut melintasi jelambar.
“Jarang penduduk serta terdapat kuburan Kongkuan bisa manambah seramnya wilayah itu, makanya
istilah tempat Jin buang anak tepat disematkan, apalagi mulai jam 4 sore Jelambar terlihat sunyi dan gelap,” tambahnya.
Sekarang ini, seiring pesatnya perkembangan manusia, Jelambar menjadi sasaran orang dari segala penjuru Jakarta untuk tinggal disitu.
“Jelambar jadi daerah primadona untuk dicari dan dihuni olah warga jakarta, Meski rawan banjir dan seram.
Tapi semua itu ditepis khususnya warga keturunan Tionghoa, mereka (etnis tionghoa) menganggap bahwa wilayah P Jelambar membawa “Hoki” terutama untuk usaha.
Saimun juga tidak menampik ada kesan bagi para warga keturunan tionghoa dengan istilah laksanakan seekor naga, kepalannya ada di kota (Toko Tiga/ Petakwan) badan atau isi perut dijelambar, sedangkan ekor adanya ditangerang, nach,.. istilah itulah dimungkinkan sebagian warga untuk mencari dan tinggal dijelambar.
“Hadirnya warga Tionghoa menambah pesatnya perkembangan ekonomi dan kemajuan populitas penduduk,” ungkapnya meski istilah itu kurang dapat diyakini.
Sekarang wilayah ini sudah masuk katagori modern sejak tahun 2000 dan semangkin diminati bagi para pengusaha dan bisnis.
Bisa dikatakan “Show Windownya Jakarta Barat”, karena letaknya yang strategis baik untuk tempat tinggal maupun berusaha.
Akses jalan dan perlintasan adanyan jalan Tol yang mudah dicapai membuat kawasan jelambar jadi rebutan.
Secara geografis akses jalan mudah dicapai dan banjir pun sudah sudah tertanggulangi.
” Akses tol dan fasilitas sarana rumah pompa yang memadai sehingga bila ada genangan air pastilah cepat surut menjadikan Jelambar jadi Show Windownya Jakarta Barat,” tutupnya.
ACN/Rbt/Red