Tuesday, October 22, 2024

PERAN BPDPKS DALAM INOVASI PENGELOLAAN MINYAK KELAPA SAWIT DALAM MECAPAI TARGET NET ZERO EMISSION DENGAN MENCIPTAKAN BENSA (BENSIN DARI KELAPA SAWIT (ELAEIS))

Pada saat ini Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kelapa sawit(Elaeis) terbesar di dunia dan memiliki beberapa peluang untuk dikembangkan menjadi bahan bakar biofuel yang bisa lebih ramah lingkungan dan bisa mencapai target  “Net Zoro Emission”, apa itu Net Zero Emission, ya tentu saja kondisi di mana jumlah emisi gas rumah kaca (GRK) yang dilepaskan ke atmosfer seimbang dengan jumlah emisi yang diserap kembali, baik melalui proses alami seperti penyerapan oleh hutan tanah atau lautan, tujuannya dari net zero emission adalah untuk mencegah kenaikan suhu global di atas 1,5℃ hingga 2℃ sebagaimana di sepakati dalam perjanjian Paris (Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) memberikan laporan terkait pemanasan global dan dampaknya. Salah satu laporan penting adalah: “Global Warming of 1.5°C”, yang bisa diakses di: ipcc.ch/sr15), guna mengurangi dampak perubahan iklim seperti naiknya permukaan laut, bencana dan cuaca ekstrem

            Tantangan terkait dampak lingkungan dari penggunaan bahan bakar fosil di era ini semakin mendesak untuk segera diatasi. Bahan bakar seperti minyak bumi, batu bara, dan gas alam, adalah sumber daya yang tidak terbarukan, di mana cadangannya terus menurun sementara permintaan energi global terus meningkat. Selain itu, penggunaan bahan bakar fosil menjadi hal utama terhadap peningkatan emisi gas rumah kaca yang berdampak langsung pada perubahan iklim global. Dalam mengatasi permasalahan ini upaya mencari sumber energi alternatif yang lebih ramah lingkungan dan terbarukan semakin ditingkatkan. Salah satu solusi yang mulai banyak dibicarakan adalah pengembangan bahan bakar berbasis biofuel, termasuk bahan bakar dari minyak kelapa sawit. Kelapa sawit(Elaeis) menjadi pilihan utama karena merupakan tanaman yang produktif dan dapat dipanen sepanjang tahun dikutip dari sumber : Cara Pengolahan Minyak Kelapa Sawit Menjadi Bahan Bakar Ramah Lingkungan | Pertamina

            Indonesia dan Malaysia, sebagai dua produsen utama minyak sawit dunia, memiliki potensi besar untuk memproduksi bahan bakar nabati ini, termasuk biodiesel dan green diesel yang dihasilkan dari proses pengolahan minyak sawit, penerapan bensin dari sawit ini juga dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil yang merupakan sumber utama esmisi karbon dioksida (CO2), dengan memanfaatkan minyak sawit sebagai bahan baku bensin, emisi dari sector transportasi dapat ditekan, karena biofuel dianggap sebagai bahan bakar keterbarukan yang menghasilkan emisi karbon lebih rendah, dikutip dari sumber : Jurnal Kelapa Sawit Dan Kebijakan Nasional (2023)

            Dalam hal ini peran BPDPKS (Badan pengelola Dana Kelapa Sawit(Elaeis))  mendanai berbagai penelitian dan pengembangan terkait teknologi pengolahan sawit menjadi bahan bakar nabati, termasuk bensin sawit. Ini mencakup riset untuk memastikan efisiensi produksi dan standar kualitas produk, menyediakan subsidi untuk program mandatori bahan bakar nabati, termasuk program biodiesel dan upaya menuju produksi bensin dari sawit. Subsidi ini bertujuan untuk mengurangi biaya produksi dan mempercepat adopsi teknologi, berperan dalam menarik investasi swasta dalam pengembangan infrastruktur dan pabrik pengolahan sawit menjadi bensin. Melalui kerja sama dengan sektor industri dan pemerintah, BPDPKS mendukung pembangunan kilang dan pabrik biofuel, Sebagai lembaga yang mengelola dana sawit, BPDPKS juga terlibat dalam penyusunan kebijakan dan regulasi untuk mendukung penggunaan bahan bakar berbasis sawit. Hal ini termasuk advokasi terhadap pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan yang mendorong pemanfaatan bensin sawit di pasar domestik, mempromosikan dan mengedukasi masyarakat dan pelaku industri terkait pentingnya diversifikasi energi melalui bahan bakar nabati dari sawit. Ini juga mencakup sosialisasi terkait manfaat ekonomi dan lingkungan dari program Bensa

Pemanfaatan Kelapa Sawit(Elaeis)Menjadi Bensin

            Kelapa sawit (Elaeis) telah lama dikenal sebagai salah satu komoditas penting di Indonesia, tidak hanya sebagai sumber minyak goreng tetapi juga sebagai bahan baku untuk energi terbarukan. Salah satu inovasi terbaru adalah pengolahan minyak kelapa sawit(Elaeis) menjadi bensin, yang dikenal sebagai “bensin sawit” atau “green gasoline”. Proses ini tidak hanya memberikan alternatif bahan bakar yang lebih ramah lingkungan, tetapi juga berpotensi mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Pemanfaatan kelapa sawit(Elaeis) menjadi bensin merupakan langkah strategis dalam mendukung transisi energi bersih di Indonesia. Dengan kualitas yang lebih baik dan dampak lingkungan yang lebih rendah, bensin sawit tidak hanya memberikan alternatif yang berkelanjutan tetapi juga mendukung perekonomian nasional melalui penghematan devisa dan pengurangan ketergantungan pada impor, dikutip dari sumber : Potensi Bensin Sawit dan Pemanfaatannya Bagi Kendaraan dan Lingkungan – APROBI

https://img.okezone.com/content/2018/10/12/65/1963061/itb-sulap-miyak-sawit-jadi-bensin-KipVJx9e2i.jpg

Pembangunan biodiesel dari sawit atau bahan bakar nabati (bensa) dapat berkontribusi pada Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) melalui beberapa cara yaitu, Pungutan ekspor, jika negara mengekspor biodiesel, pungutan dari ekspor dapat menjadi sumber PNBP. Iuran dan lisensi, biaya lisensi untuk perusahaan yang memproduksi dan mendistribusikan biodiesel dapat menjadi sumber pendapatan. Dukungan dan ubsidi, pengelolaan dana yang dialokasikan untukpengembangan biodiesel, jika dilakukan dengan efisien, dapat menghasilkan pendapatan dari investasi. Pajak penjualan, meskipun tidak langsung masuk dalam PNBP, pajak yang dikenakan pada penjualan biodiesel dapat berkontribusi pada pendapatan negara secara keseluruhan. Kerjasama publik-swasta, proyek bersama dengan sektor swasta untuk pengembangan infrastruktur biodiesel dapat menghasilkan pendapatan bagi negara melalui bagi hasil. Penjualan sertifikat, negara dapat mengeluarkan sertifikat untuk emisi yang dihindari melalui penggunaan biodiesel, yang dapat dijual kepada perusahaan untuk memenuhi target pengurangan emisi. Devisa, jika produksi biodiesel meningkat, negara dapat mengekspor surplus ke negara lain, menambah devisa. Investasi peningkatan industri biodiesel dapat menarik investasi asing, yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan melalui pajak dan lapangan kerja.

Penulis: Restu Jaya Zendrato

Related Articles

[td_block_social_counter facebook="#" twitter="#" youtube="#" style="style8 td-social-boxed td-social-font-icons" tdc_css="eyJhbGwiOnsibWFyZ2luLWJvdHRvbSI6IjM4IiwiZGlzcGxheSI6IiJ9LCJwb3J0cmFpdCI6eyJtYXJnaW4tYm90dG9tIjoiMzAiLCJkaXNwbGF5IjoiIn0sInBvcnRyYWl0X21heF93aWR0aCI6MTAxOCwicG9ydHJhaXRfbWluX3dpZHRoIjo3Njh9" custom_title="Stay Connected" block_template_id="td_block_template_8" f_header_font_family="712" f_header_font_transform="uppercase" f_header_font_weight="500" f_header_font_size="17" border_color="#dd3333"]

Latest Articles