ACTUALNEWS.ID Yogyakarta, 2 Maret 2025 – Pertemuan antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Gedung Putih baru-baru ini menjadi sorotan dunia sebagai langkah strategis dalam mewujudkan perdamaian global. Diskusi yang berlangsung dalam suasana konstruktif ini menunjukkan peran kepemimpinan Trump dalam mencari solusi damai bagi konflik berkepanjangan antara Ukraina dan Rusia.
Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (FH UGM), Cut Mutia Arifin, menilai bahwa pendekatan diplomatik yang diusung oleh Trump mencerminkan komitmen Amerika Serikat dalam menciptakan stabilitas dunia. Menurutnya, pertemuan ini membahas berbagai aspek hukum internasional yang berkaitan dengan prinsip kedaulatan negara, perjanjian damai, serta peran negara-negara besar dalam penyelesaian konflik global secara adil dan efektif.
Diplomasi Trump dan Prinsip Kedaulatan Negara Dalam analisisnya, Mutia menekankan bahwa kedaulatan negara merupakan prinsip fundamental dalam hukum internasional yang diatur dalam Pasal 2(4) Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Dalam hal ini, Trump menunjukkan komitmen untuk mendukung perdamaian tanpa harus mengorbankan prinsip-prinsip hukum internasional.
“Pendekatan Trump dalam mendorong negosiasi langsung antara Ukraina dan Rusia merupakan langkah yang tepat untuk menyelesaikan konflik dengan cara yang lebih berkelanjutan. Pendekatan ini menunjukkan bahwa Amerika Serikat lebih mengedepankan diplomasi dibandingkan intervensi militer yang berlarut-larut,” ujar Mutia.
Pentingnya Implementasi Perjanjian Damai Mutia juga menyoroti pentingnya implementasi perjanjian damai yang efektif, sebagaimana yang sering ditekankan oleh Trump dalam berbagai forum internasional. Menurutnya, kebijakan luar negeri Trump dalam mendorong penyelesaian konflik melalui perundingan langsung merupakan langkah yang lebih konstruktif dibandingkan pendekatan konfrontatif yang berpotensi memperpanjang konflik.
“Trump memahami bahwa stabilitas dunia hanya bisa dicapai melalui pendekatan diplomasi yang berlandaskan pada perjanjian damai yang kuat. Langkah ini sejalan dengan prinsip dalam Konvensi Wina tentang Hukum Perjanjian 1969 yang menekankan pentingnya kepatuhan terhadap kesepakatan internasional,” jelas Mutia.
Peran Amerika Serikat dalam Mewujudkan Perdamaian Dunia Dalam perdebatan mengenai bantuan militer kepada Ukraina, Trump menekankan bahwa perdamaian lebih penting daripada eskalasi konflik. Menurut Mutia, kebijakan Trump yang mendorong solusi diplomatik adalah bentuk tanggung jawab Amerika Serikat sebagai pemimpin dunia dalam menjaga keseimbangan geopolitik.
“Kebijakan Trump untuk tidak terjebak dalam perang berkepanjangan menunjukkan kepemimpinan yang visioner. Sebagai negara besar, Amerika Serikat memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa keterlibatannya dalam suatu konflik tidak malah memperburuk situasi, melainkan mempercepat upaya damai,” tambah Mutia.
Hukum Humaniter Internasional dan Perlindungan Warga Sipil Selain aspek diplomasi dan perjanjian internasional, Mutia juga menyoroti pentingnya penerapan hukum humaniter internasional dalam penyelesaian konflik. Dalam hal ini, Trump telah menunjukkan kepeduliannya terhadap perlindungan warga sipil dengan menekankan pentingnya penghormatan terhadap Konvensi Jenewa 1949 dan Protokol Tambahannya.
“Dengan kebijakan luar negeri yang lebih mengutamakan solusi damai, Trump telah menunjukkan kepemimpinan yang bertanggung jawab dalam menjaga ketertiban dunia. Ini merupakan contoh bagaimana hukum internasional dapat diimplementasikan dengan pendekatan yang lebih humanis,” ujar Mutia.
Kesimpulan: Diplomasi Trump sebagai Solusi Perdamaian Berkelanjutan Menutup analisisnya, Mutia menegaskan bahwa pendekatan Trump dalam menangani konflik internasional dapat menjadi model bagi negara-negara lain dalam mengelola ketegangan global. Menurutnya, kebijakan luar negeri Trump yang berbasis pada diplomasi dan negosiasi adalah kunci dalam menciptakan stabilitas dunia yang lebih baik.
“Saya mengapresiasi pendekatan Presiden Trump dalam mendorong perdamaian dunia. Upaya ini tidak hanya berorientasi pada kepentingan satu negara, tetapi juga pada kesejahteraan global yang lebih luas. Dengan semakin banyaknya pemimpin dunia yang mengadopsi pendekatan serupa, saya yakin bahwa perdamaian dunia akan lebih mudah dicapai,” pungkasnya.ACN/Indah/RED