ACTUALNEWS.ID, Jakarta — Dosen Perbanas menggelar pengabdian kepada masyarakat di Lapas Kelas IIA Salemba dengan tema “Transformasi pelayanan pegawai lapas menuju pengembangan profesionalisme dan kepuasan kerja yang berkelanjutan.”
Lembaga pemasyarakatan merupakan sistem pemasyarakatan suatu negara yang mencerminkan bagaimana suatu masyarakat memandang dan memperlakukan tindak kriminal dan pelaku kejahatan. Lapas merupakan salah satu institusi yang menjadi pusat dari sistem tersebut.
Untuk memahami kondisi lapas secara komprehensif, diperlukan analisis yang menyeluruh terhadap potensi wilayah, dinamika masyarakat, dan permasalahan yang ada. Faktor potensi wilayah memiliki dampak yang signifikan terhadap kondisi lapas. Lokasi geografis, infrastruktur, dan kondisi lingkungan sekitar dapat mempengaruhi berbagai aspek operasional dan keberlangsungan lapas.
Lokasi Geografis: Pemilihan lokasi lapas harus memperhitungkan aksesibilitas, keamanan, dan ketersediaan sarana pendukung. Lokasi yang strategis akan mempermudah proses pengawasan, transportasi narapidana, dan interaksi dengan masyarakat.
Infrastruktur: Ketersediaan bangunan, fasilitas kesehatan, air bersih, dan listrik merupakan hal penting dalam mendukung keberlangsungan operasional lapas. Infrastruktur yang baik akan memastikan kondisi narapidana dan petugas penjaga tetap terjaga.
Kondisi Lingkungan: Lingkungan sekitar lapas dapat mempengaruhi psikologis narapidana dan petugas. Lingkungan yang aman, bersih, dan teratur dapat menciptakan suasana yang kondusif untuk rehabilitasi dan reintegrasi narapidana ke dalam masyarakat.
Masyarakat sekitar lapas juga memiliki peran yang signifikan dalam menentukan kondisi dan keberhasilan sistem pemasyarakatan. Interaksi antara lapas dan masyarakat dapat memengaruhi pemulihan narapidana serta penerimaan mereka kembali ke dalam masyarakat.
Permasalahan Lapas kelas IIA Salemba:
Permasalahan di lapas seringkali meliputi kekurangan sumber daya, kondisi lingkungan yang tidak kondusif, dan kurangnya pelayanan yang memadai kepada publik. Namun, salah satu aspek penting yang sering kali terabaikan adalah pengembangan kemandirian diri pegawai lapas dan pelayanan maksimal kepada publik.
Pertama, masalah kemandirian diri pegawai lapas menjadi krusial karena lapas merupakan lingkungan kerja yang kompleks dengan tantangan tersendiri. Pegawai lapas, terutama petugas pemasyarakatan,
sering menghadapi tekanan psikologis, risiko keamanan, dan situasi konflik yang memerlukan keahlian khusus dalam penanganannya.
Kurangnya pengembangan kemandirian diri pegawai lapas dapat mengakibatkan penurunan kualitas layanan, peningkatan stres kerja, dan risiko kelelahan fisik maupun mental.(6) Hal ini juga berdampak pada hubungan interaksi antara pegawai lapas dengan narapidana, yang dapat mempengaruhi efektivitas program rehabilitasi dan reintegrasi.
Kedua, pelayanan kepada publik juga menjadi permasalahan yang memerlukan perhatian serius. Lapas bukan hanya tempat untuk mengisolasi narapidana, tetapi juga merupakan bagian dari sistem keamanan dan pelayanan masyarakat. Kurangnya pelayanan yang memadai kepada publik dapat menciptakan ketidakpercayaan dan ketidakpuasan terhadap institusi lapas, yang pada gilirannya dapat menghambat upaya rehabilitasi dan reintegrasi narapidana ke dalam masyarakat. Misalnya, kurangnya informasi yang diberikan kepada publik tentang program-program rehabilitasi atau kurangnya transparansi dalam pengelolaan lapas dapat menciptakan persepsi negatif terhadap institusi tersebut.
Dengan permasalahan yang krusial di dalam lapas kelas IIA tersebut maka dosen Perbanas Institute yang beranggotakan 5 orang yang diketuai oleh: Drs. Ign. Septo Pramesworo, M.Ed. TESOL, M.M, dengan anggota Prof. Tiolina Evi N. Pardede, S.E., M.M, Ak, CA., Dr. Ir. Markonah, ASAI, M.M., Hikmah A.R., S.E., M.M. dan Dr. S. Murti Sri Sadana, S.S., M.Si. ingin membantu memecahkan permasalahan yang ada dengan mengadakan pelatihan dengan tema Transformasi Pelayanan Pegawai Lapas menuju Pengembangan Profesionalisme dan Kepuasan Kerja Yang Berkelanjutan, dan sesi kali ini menyampaikan sub tema: Layanan Prima Menggunakan Design Thinking. Demikian ujar ketua tim dosen Perbanas Institute.
Agar tercapai Tujuan yang diinginkan, meliputi:
Keterlibatan Komunitas: Keterlibatan aktif komunitas dalam mendukung program-program rehabilitasi dan reintegrasi sangat penting. Program-program seperti pelatihan kerja, penyuluhan hukum, dan kegiatan sosial dapat membantu narapidana mempersiapkan diri untuk kembali ke masyarakat.
Overcrowding: Salah satu permasalahan utama dalam lapas adalah overcrowding atau kelebihan kapasitas. Kapasitas yang terlampaui dapat menyebabkan peningkatan ketegangan di antara narapidana, memperburuk kondisi sanitasi, dan menghambat penyediaan layanan rehabilitasi yang memadai.
Kekurangan Sumber Daya: Lapas seringkali menghadapi kekurangan sumber daya, baik itu dalam hal tenaga kerja, fasilitas, atau dana operasional. Kekurangan sumber daya ini dapat menghambat pelaksanaan program rehabilitasi yang efektif dan menyebabkan kondisi lapas semakin memburuk.
Kesejahteraan Narapidana: Kesejahteraan dan perlakuan terhadap narapidana menjadi perhatian penting. Kasus pelanggaran hak asasi manusia, penyalahgunaan kekuasaan, dan kekerasan di dalam lapas seringkali terjadi dan memperburuk kondisi sosial dan psikologis narapidana.
Rekayasa Sosial: Adanya rekayasa sosial di dalam lapas, seperti penyebaran pengaruh kelompok kriminal, penyalahgunaan narkoba, dan korupsi di antara petugas, dapat mengancam keamanan serta efektivitas program rehabilitasi di dalam lapas.
Solusi
Berikut ini adalah sejumlah solusi yang dapat diimplementasikan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut:
1.Program Pelatihan dan Pengembangan KaryawanPegawai lapas, terutama petugas pemasyarakatan, membutuhkan peningkatan keterampilan dan pengetahuan khusus untuk menghadapi tantangan yang kompleks di lingkungan lapas. Oleh karena itu, diperlukan program pelatihan dan pengembangan yang terstruktur dan berkelanjutan. Program ini dapat mencakup:
Pelatihan Manajemen Stres: Memberikan keterampilan untuk mengelola tekanan dan stres yang timbul dalam pekerjaan sehari-hari di lapas.
Pelatihan Komunikasi Efektif: Meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal, baik dengan narapidana, rekan kerja, maupun masyarakat.
Pelatihan Penyelesaian Konflik: Mengajarkan teknik penyelesaian konflik yang konstruktif untuk mengatasi situasi yang mungkin timbul di lapas.
- Pengembangan Program Rehabilitasi untuk Pegawai Lapas
Pegawai lapas juga perlu mendapatkan perhatian khusus dalam hal rehabilitasi profesional. Program ini dapat mencakup:
Konseling dan Dukungan Psikologis: Memberikan akses kepada pegawai lapas untuk mendapatkan konseling dan dukungan psikologis dalam mengatasi stres dan masalah psikologis lainnya yang mungkin timbul akibat pekerjaan di lapas.
Coaching dan Mentoring: Mengembangkan program coaching dan mentoring yang memungkinkan pegawai lapas untuk mendapatkan bimbingan dan pembinaan dari senior yang berpengalaman.
Pengembangan Karir: Menyediakan program pengembangan karir bagi pegawai lapas, seperti pelatihan lanjutan, pendidikan formal, atau kesempatan untuk mengikuti program pertukaran kerja dengan lembaga pemasyarakatan lainnya
- Meningkatkan Lingkungan Kerja yang Positif
Lingkungan kerja yang positif dapat meningkatkan motivasi, kesejahteraan, dan kinerja pegawai lapas. Beberapa langkah yang dapat diambil untuk menciptakan lingkungan kerja yang positif adalah:
Memperhatikan Kesejahteraan Pegawai: Menyediakan fasilitas dan program kesejahteraan yang mendukung kesehatan fisik dan mental pegawai lapas, seperti akses ke pusat kebugaran, program kesehatan, atau layanan konseling.
Mendorong Kolaborasi dan Tim Kerja yang Solid: Membangun budaya kerja yang mempromosikan kolaborasi, dukungan tim, dan kerjasama antar-pegawai.
Memfasilitasi Komunikasi dan Umpan Balik: Membuka saluran komunikasi yang efektif antara manajemen dan pegawai, serta memberikan kesempatan bagi pegawai untuk memberikan umpan balik tentang kondisi kerja dan permasalahan yang dihadapi.
- Peningkatan Kualitas Layanan dan Transparansi kepada Masyarakat
Peningkatan kualitas layanan dan transparansi kepada masyarakat juga merupakan hal yang sangat penting dalam menjaga kepercayaan publik terhadap lembaga pemasyarakatan. Beberapa solusi yang dapat diterapkan adalah:
Memberikan Informasi yang Jelas dan Terbuka: Menyediakan informasi yang jelas dan terbuka kepada masyarakat tentang program-program rehabilitasi, hak-hak narapidana, dan kebijakan lapas. Meningkatkan Akses dan Responsivitas: Meningkatkan aksesibilitas lembaga pemasyarakatan bagi masyarakat, serta meningkatkan responsivitas terhadap pertanyaan, keluhan, atau masukan dari masyarakat.
Melibatkan Masyarakat dalam Proses Pemasyarakatan: Melibatkan masyarakat dalam proses pembuatan keputusan dan perencanaan program-program pemasyarakatan melalui forum konsultasi publik, dialog terbuka, atau komite advokasi masyarakat.
- Evaluasi dan Pemantauan Berkala
Penting untuk melakukan evaluasi dan pemantauan secara berkala terhadap implementasi solusi-solusi di atas. Dengan melakukan evaluasi secara rutin, dapat diidentifikasi keberhasilan, hambatan, dan potensi perbaikan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efektivitas dan keberlanjutan upaya pengembangan kemandirian diri pegawai lapas dan pelayanan yang memadai kepada masyarakat.
ACN/RWD