ACTUALNEWS ID, Jakarta – Angelica Tengker kembali terpilih sebagai Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Kerukunan Keluarga Kawanua (KKK) dalam Musyawarah Pertemuan Anggota (MPA) ke-10 yang berlangsung di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, pada hari Sabtu, 12 Maret 2025. Kemenangan ini bukan hanya sekadar angka, tetapi juga merupakan pengakuan atas dedikasi dan komitmen Angelica dalam memajukan organisasi yang mewadahi para perantau asal Minahasa.
Sebagai Ketua Yayasan Lembaga Pendidikan Gideon (YLPG) yang mengelola Institut Bisnis dan Multimedia (IBM) ASMI Jakarta, Angelica telah menunjukkan kepemimpinan yang inspiratif sejak KKK dibentuk pada tahun 1973. Putri dari tokoh legendaris Kawanua, Benny Tengker, Angelica berhasil meraih dukungan luar biasa dengan mengumpulkan 172 suara, jauh mengungguli calon lainnya, Irjen Pol Tommy Watuliu, yang hanya mendapatkan 57 suara. Dukungan ini mencerminkan kepercayaan yang tinggi dari anggota KKK terhadap visi dan misi yang diusungnya.
Dalam suasana pemilihan yang penuh kekeluargaan, dua calon lainnya, Marsekal TNI (purn) Jorry Koloay dan Jan Maringka, memilih untuk mundur, memberikan jalan bagi Angelica untuk melanjutkan kepemimpinannya. Keputusan ini menunjukkan solidaritas dan dukungan yang kuat terhadap kepemimpinan Angelica, serta harapan untuk membawa KKK ke arah yang lebih baik dan lebih bersatu.
Theo L. Sambuaga, yang bertindak sebagai Pimpinan Sidang dalam MPA ke-10, menegaskan bahwa pemilihan kali ini merupakan momen bersejarah bagi KKK. “Untuk pertama kalinya dalam sejarah organisasi ini, pemilihan dilakukan melalui mekanisme voting,” ujarnya dengan semangat. Pernyataan ini tidak hanya menandai langkah maju dalam proses demokrasi di dalam organisasi, tetapi juga mencerminkan komitmen anggota KKK untuk memberikan suara mereka secara langsung. Dengan cara ini, diharapkan kepemimpinan Angelica dapat lebih mencerminkan aspirasi dan harapan seluruh anggota.
Momen ini menjadi tonggak penting bagi KKK, yang semakin menunjukkan kesiapan mereka untuk beradaptasi dan berkembang dalam era modern, sambil tetap menjaga nilai-nilai kebersamaan dan kekeluargaan yang menjadi dasar organisasi.
Lana T. Koentjoro, yang juga hadir dalam MPA, mengungkapkan baru kali ini pemilihan Ketua Umum KKK dilakukan secara voting. Sebelumnya dilakukan secara aklamasi, karena hanya ada satu calon yang diusulkan. Ia menjelaskan bahwa meskipun pernah ada lebih dari satu calon, proses yang diambil bukanlah voting, melainkan musyawarah.
Lana yang juga Ketua Umum Perempuan Indonesia Maju (PIM) menambahkan bahwa perubahan mekanisme pemilihan pada MPA ke-10 ini merupakan langkah signifikan menuju transparansi dan partisipasi yang lebih besar dari seluruh anggota. “Dengan adanya voting, setiap suara menjadi penting dan mencerminkan keinginan kolektif anggota KKK,” ujarnya. Harapannya, langkah ini akan memperkuat rasa kebersamaan dan komitmen anggota dalam membangun organisasi ke depan.
Dengan terpilihnya Angelica Tengker, KKK tidak hanya menciptakan sejarah baru, tetapi juga menunjukkan bahwa mereka siap untuk menghadapi tantangan zaman dengan mengedepankan prinsip-prinsip demokrasi dalam setiap aspek kepemimpinannya. Ini adalah awal baru bagi KKK, di mana setiap anggota memiliki suara dan peran dalam menentukan arah organisasi, serta menjaga semangat persatuan dan kekeluargaan yang menjadi ciri khas Kawanua.
ACN/RED