ACTUALNEWS.ID, Jakarta – Fenomena stunting yang menjadi kekhawatiran pasangan suami istri dinilai bukanlah sebagai penyakit, namun perlu dicegah sejak dini. Dalam menyikapi persoalan stunting di Indonesia, BKKBN menyatakan keseriusannya karena stunting ini merupakan isu persoalan sumber daya manusia yang harus segera diatasi.
“Dalam rangka mengisi bonus demografi ini, kita ingin adanya kualitas dari aspek kependudukannya. Oleh karena itu, stunting menjadi bagian yang tidak bisa terpisahkan dalam perjuangan BKKBN,” ujar Deputi Bidang Advokasi, Penggerakan dan Informasi, Drs. Sukaryo Teguh Santoso, M.Pd usai menghadiri kegiatan Sosialisasi, Selasa (21/12/2021) di Jakarta.
Ditambahkannya, dalam rangka melaksanakan amanah dari Presiden yang menunjuk BKKBN sebagai Ketua Pelaksana Percepatan Penurunan Stunting yang dipertegas dengan Perpres Nomor 72/2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting, BKKBN menginginkan angka stunting yang saat ini berada diangka 27,64%, pada akhir tahun 2024 diharapkan menjadi 14%. Oleh karena itu, BKKBN berkolaborasi dengan berbagai kementerian, akademisi, masyarakat termasuk media untuk bersama-sama menangani stunting.
“Progres sejak 2013-2019 turun hanya 0,3% pertahun. Kita harapkan 2019-2024 tersisa 13% yang harus dicapai dalam waktu 2,5 tahun atau minimal 4,5% pertahun. Jadi ini tantangan bagi BKKBN, sehingga strateginya harus dari hulu dengan cara pencegahan,” ungkap Teguh.
Pendekatan yang dilakukan oleh BKKBN dalam mengatasi stunting dimulai dari hulu yaitu pendekatan keluarga. Menurutnya, stunting bukan hanya disebabkan karena kekurangan gizi, namun juga pola pengasuhan dalam keluarga.
“Maka bagi remaja yang akan menikah, kami edukasi baik dari sisi kesehatan, gizi maupun pola asuhnya,” pungkasnya. (Indah)
ACN/Indah/Red