ACTUALNEWS ID, Jakarta, Organisasi masyarakat adat Batak, Punguan Simbolon dohot Boruna Indonesia (PSBI), menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) selam 2 hari dari Senin 7 Juli – 8 Juli 2025 sekaligus memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-18 PSBI di Golf Gallery, Pondok Indah, Jakarta Selatan, Senin (7/7). Acara ini turut dihadiri oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, Gibran Rakabuming Raka.
PSBI yang diketuai oleh Effendi Simbolon ini merupakan organisasi yang memiliki visi untuk melestarikan nilai-nilai budaya Batak marga Simbolon serta mendorong pemberdayaan anggotanya dalam berbagai sektor kehidupan.
Dalam sambutannya usai pembukaan acara, Ketua Umum PSBI, Effendi Simbolon, menegaskan bahwa kehadiran Wakil Presiden Gibran tidak bermuatan politik.
“Acara ini murni untuk kepentingan organisasi. Tidak ada unsur politik di dalamnya. Biarlah apa yang menjadi pilihan rakyat kita hormati. Nanti kita ikuti saja dinamika perjalanannya. Saya melihat sinergi antara Pak Prabowo dan Mas Gibran berjalan baik. Kita berharap nilai ekonomi bisa tumbuh hingga 8 persen,” ujar Effendi.
Ia juga menyoroti pentingnya pemerataan pembangunan dan penciptaan lapangan kerja yang berbasis pada potensi daerah, bukan tersentralisasi oleh pemerintah pusat.
“Kita berharap ada lebih banyak lowongan kerja yang mengedepankan ekonomi daerah. Kalau pembangunan terus disentralisasi oleh pusat, maka otonomi daerah jadi tidak bermakna. Kalau begitu, lebih baik dievaluasi saja keberadaan otonomi,” tegasnya.
Effendi juga mengungkapkan bahwa dalam sesi Rakernas kali ini akan dibahas berbagai program strategis, termasuk infrastruktur, pertanian, pariwisata, hingga sesi bersama Menteri Kebudayaan yang akan dihadiri oleh Fadli Zon pada hari berikutnya.
Salah satu isu penting yang menjadi sorotan dalam Rakernas adalah pengelolaan Otonomi Daerah, khususnya kawasan Danau Toba.
“Jangan jadikan kami sekadar objek. Semua subjeknya justru disuplai dari luar. Misalnya, air Danau Toba dikelola oleh pihak luar. Apa tidak ada orang Danau Toba yang mampu mengelola airnya sendiri? Kenapa harus oleh perusahaan asing seperti Engerni? Apa hebatnya mereka?” kata Effendi dengan nada kritis.
Ia juga menyoroti pendekatan pemerintah pusat yang kerap kali mengabaikan kearifan lokal, dengan mencontohkan seorang tokoh lokal yang berhasil mengelola alam secara mandiri.
“Saya lihat di YouTube, Fitriani Riskai selama 26 tahun mengelola buaya di kawasan hutan secara alami. Tapi justru pemerintah malah mengambil alih untuk ditangkarkan agar mudah disatukan dengan objek wisata lain. Ini cara pikir yang perlu dikritisi. Seperti kata Pak Wapres, ‘monggo dikritisi’,” tutup Effendi.
Acara Rakernas dan HUT ke-18 PSBI ini menjadi momentum penting bagi masyarakat Batak, khususnya marga Simbolon, untuk memperkuat peran budaya dan keterlibatan dalam pembangunan nasional.
ACN/CALISTA/RED